Pada suatu hari Si Ojik dan Motor bututnya itu nyungsep ke dalam parit, motor butut itu melengkung alias renyek dan patah setangnya. Warga sekitar situ banyak yang berlarian menghampiri TKP, anehnya tak satupun dari mereka ada yang peduli setelah tahu yang nyungsep itu si Ojik dan motor bututnya itu. Bahkan saat saya mencoba membangunkan si Ojik yang penuh darah itu, saya mendengar celotehan “anak kayak gitu kok di tolong”.
Tapi saya tidak memperdulikan celotehan itu, alhamdulillah ketika saya mengangkat motor butut yang renyek itu dari dalam parit. ada warga yang kasihan sama saya, ikutan mengangkat dan mengeluarkannya dari parit, baru saya tanya kepada si Ojik nomor telpon keluarganya. Ringkasnya, akhirnya kakak kandung si Ojik sampai di TKP membawa pikep terus membawa si Ojik dan motor bututnya itu pulang ke rumahnya. Sementara warga yang melihat kejadian itu masih banyak yang berkerumun di emperan rumah dekat TKP, saya terus menghampiri mereka dan ikut nimbrung mereka membicarakan Si Ojik dan Motor Bututnya itu.
Saya : Kok nggak ada yang mau nolong, kenapa?
Ujang : Biar rasa kang, untuk pelajaran si Ojik
Saya : memange kenapa?
Ridlo : si Ojik itu kalau naik motor keterlaluan, di geber-geber, dia kira warga sini nggak ada yang punya telinga kaleee. Sudah di tegur berkali-kali masih saja seperti itu, (lanjut Ridlo).
Yani : Iya Kang, warga sini sering mengeluhkan, bahkan mereka sering mendoakan jelek si Ojik, makanya, melihat si Ojik nyungsep di parit warga sini merasa doanya telah di kabulkan oleh Sang Kuasa. Kikikik.....
Ujang : bener itu, kata pak kiyai “DU’aaul Madzlumi Mustajabatun”, hehehe.... Telingah warga di sini kan sering di dzolimi oleh suara kenalpot motor si Ojik yang sering di geber-geber itu, makanya do’a mereka mustajab.
Saya : Oooo............ Itu baru kenalpotnya saja yang dzolim, apalagi kalau seperti MOGE???
Gerning, MOGE SOLO 2015