Hukum Takbiran di Selain Hari Raya


Bacaan “takbir” yang lazimnya dikenal dalam hari lebaran (Iedul Fithri dan Iedul Adlha) merupakan bacaan dzikir yang disyariatkan dalam rangkaian mengagungkan Allah SWT. Ada dua istilah takbir dalam hal ini, yaitu, Takbir Mursal (Takbir Iedul Fithri) adalah takbir yang tidak harus dibaca setelah melaksanakan sholat baik fardu maupun sunnah. Takbir ini disunahkan pada setiap waktu, di mulai dari terbenamnya matahari malam iedul fithri sampai imam melakukan takbirotul ihromnya sholat iedul fithri. Takbir Muqayyad (Takbir Iedul Adlha) yaitu takbir yang dibaca setelah melaksanakan sholat baik fardu maupun sunnah. Waktunya di mulai dari setelah subuhnya hari Arafah (9 dzulhijjah) sampai Ashar akhir hari Tasriq (13 Dzulhijjah).

Kalau bacaan takbir tersebut dikumandangkan pada har-hari yang tidak disyari’atkan seperti keterangan di atas, bagaimana hukumnya?

Seperti disebutkan dalam kitab Nihayatul Muhtaj, bahwa Imam An-Nawawi dalam kitab ar-Raudloh mengutip perkataan Imam al-Haramain, bahwa takbir yang boleh dikeraskan suaranya dan bisa disebut sebagai syiar, hanya boleh dikumandangkan pada hari-hari tertentu saja, Kecuali jika ada seseorang ingin membacanya sendiri (didengar sendiri) sepanjang umurnya, yaa- monggo-mongo mawon. Di dalam kitab al-Fatawi al-Hindiyah disebutkan, bahwa Takbir dengan suara keras (jahr) di luar hari-hari tasyriq (tiga hari setelah idul adlha) tidak disunnahkan, kecuali ketika sedang berhadap-hadapan dengan musuh atau penyamun. Sebagian ulama mengkiaskan dengan saat kebakaran, atau sedang ketakutan.

Kesimpulannya, mengumandangkan takbir pada har-hari yang tidak disyari’atkan, seperti pada selain hari raya, hukumnya tidak disunnahkan. Kecuali karena alasan-alasan tertentu, seperti saat menghadapi musuh atau penyamun, saat kebakaran dan saat sedang ketakutan, maka hukumnya sunnah .

Referensi :

(فتح القريب المجيب :49)، والتكبير على قسمين: مرسل وهو ما لا يكون عقب صلاة. ومقيد وهو ما يكون عقبها. وبدأ المصنف بالأول فقال (ويكبر) ندباً كل من ذكر وأنثى وحاضر ومسافر في المنازل، والطرق والمساجد والأسواق. (من غروب الشمس من ليلة العيد) أي عيد الفطر ويستمر هذا التكبير (إلى أن يدخل الإمام في الصلاة) للعيد ولا يسن التكبير ليلة عيد الفطر عقب الصلوات، ولكن النووي في الأذكار اختار أنه سنة. ثم شرع في التكبير المقيد فقال (و) يكبر (في) عيد (الأضحى خلف الصلوات المفروضات) من مؤداة وفائتة وكذا خلف راتبة، ونفل مطلق وصلاة جنازة (من صبح يوم عرفة إلى العصر من آخر أيام التشريق) وصيغة التكبير: الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد الله أكبر كبيراً والحمد لله كثيراً وسبحان الله بكرة وأصيلاً، لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم  الأحزاب وحده

نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج (7/ 398)، وَهَذَا كُلُّهُ فِي التَّكْبِيرِ الَّذِي يَرْفَعُ بِهِ صَوْتَهُ وَيَجْعَلُهُ شِعَارًا لِلْيَوْمِ، أَمَّا لَوْ اسْتَغْرَقَ عُمُرَهُ بِالتَّكْبِيرِ فِي نَفْسِهِ لَمْ يُمْنَعْ مِنْهُ كَمَا نَقَلَهُ فِي الرَّوْضَةِ عَنْ الْإِمَامِ وَأَقَرَّه.ُ

الفتاوى الهندية - (ج 5 / ص 318)
كَذَا في الذَّخِيرَةِ التَّكْبِيرُ جَهْرًا في غَيْرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ لَا يُسَنَّ إلَّا بِإِزَاءِ الْعَدُوِّ وَاللُّصُوصِ وَقَاسَ عَلَيْهِمَا بَعْضُهُمْ الْحَرِيقَ وَالْمَخَاوِفَ كُلَّهَا

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama