Ibnu Jubair seorang penjelaja yang lahir pada tahun 540 H mengatakan dalam kitabnya Rihal ;
يُفْتَحُ هذَا اْلمَكَانُ الْمُبَارَكُ أَيْ مَنْزِلُ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَيَدْخُلُهُ جَمِيْعُ الرِّجَالِ لِلتَّبَرُّكِ بِهِ فِي كُلِّ يَوْمِ اثْنَيْنِ مِنْ شَهْرِ رَبِيْعِ الْأَوَّلِ فَفِي هذَا الْيَوْمِ وَذَاكَ الشَّهْرِ وُلِدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم.
Artinya; “ Tempat yang penuh berkah ini dibuka yakni rumah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, dan semua laki-laki memasukinya untuk mengambil berkah dengannya di setiap hari senin dari bulan Rabi’ul Awwal. Di hari dan bulan inilah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan “. (Ibnu Jubair, Rihal, halaman 114-115)
Jadi perayaan maulid Nabi SAW merupakan tradisi kaum muslimin Madinah, acaranya adalah dengan membuka rumah Nabi SAW pada setiap hari Senin di bulan Rabiul Awal khusus bagi laki-laki agar mendapat berkah.
Menurut penuturan syaikh Abu Syamah (guru imam Nawawi) dalam Ar-Roudhatain fii Akhbar ad-Daulatain ;
قالَ الْعَمَّادُ: وَكَانَ بِالْمُوْصَلِ رَجُلٌ صَالِحٌ يُعْرَفُ بِعُمَرَ الْمُلاَّ، سُمِّيَ بِذلِكَ لِأَنَّهُ كَانَ يَمْلَئُ تَنَانِيْرَ الْجَصِّ بِأُجْرَةٍ يَتَقَوَّتُ بِهَا. وَكُلِّ مَا عَلَيْهِ مِنْ قَمِيْصٍ وَرِدَاءٍ، وَكِسْوَةٍ وَكِسَاءٍ، قَدْ مَلَكَهُ سِوَاهُ وَاسْتَعَارهُ، فَلَا يَمْلِكُ ثَوْبَهُ وَلاَ إِزَارَهُ. وَإِنْ كَانَ لَهُ شَيْئٌ فَوَهَبَهُ لِأَحَدِ مُرِيْدِيْهِ، وَهُوَ يَتَّجِرُ لِنَفْسِهِ فِيْهِ، فَإِذاَ جَاءَهُ ضَيْفٌ قَرَّاهُ ذَلِكَ الْمُرِيْدُ. وَكَانَ ذَا مَعْرِفَةٍ بِأَحْكَامِ الْقُرْآنِ وَالْأَحَادِيْثِ النَّبَوِيَّةِ.كَانَ الْعُلَمَاءُ وَالْفُقَهَاءُ وَالْمُلُوْكُ وَالْأمَرَاءُ يَزُوْرُوْنَهُ فِي زَاوِيَتِهِ، وَيَتَبَرَّكُوْنَ بِهِمَّتِهِ، وَيَتَمَنَّوْنَ بِبَرَكَتِهِ. وَلَهُ كُلَّ سَنَةٍ دَعْوَةٌ يَحْتَفِلُ بِهَا فِي أَيَّامِ مَوْلِدِ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْضُرُهُ فِيْهَا صَاحِبُ الْمُوْصَلْ، وَيَحْضُرُ الشُّعَرَاءُ وَيُنْشِدُوْنَ مَدْحَ رَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَحْفَلِ. وَكَانَ نُوْرُ الدِّيْنِ مِنْ أَخَصِّ مُحِبِّيْهِ يَسْتَشِيْرُوْنَهُ فِي حُضُوْرِهِ، وَيُكَاتِبُهُ فِي مَصَالِحِ أُمُوْرِهِ.
“al-‘Ammad mengatakan , “Di Mosol ada seorang yang shalih yang dikenal dengan sebutan Umar al-Mula, disebut dengan al-Mulla sebab konon beliau suka memenuhi (mala’a) ongkos para pembuat dapur api sebagai biaya makan sehari-harinya dan memberikan apa yang ia pakai, berupa gamis, selendang, pakaian, selimut, padahal hanya itu yang ia miliki, lalu (untuk dirinya sendiri) ia meminjam (kepada orang lain), sehingga ia tidak memiliki sendiri pakaian dan sarungnya. Jika ia memiliki sesuatu, maka ia memberikannya kepada salah satu muridnya, sedangkan untuknya sendiri, ia (rela) menyewa. Kemudian jika datang tamu, murid itulah yang mengaku sebagai dirinya. Dia adalah seorang yang memiliki pengetahuan tentang hukum-hukum al-Quran dan hadits-hadits Nabawi. Para ulama, ahli fiqih, raja dan penguasa sering sowan di padepokannya, meng-ambil berkah dengan sifat kesemangatannya, mengharap keberkahan dengannya. Dan beliau setiap tahunnya meng-adakan peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dihadiri juga oleh raja Mosol. Para penyair pun juga datang menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di perayaan tersebut. Shulthan Nuruddin adalah salah seorang pecintanya yang merasa senang dan bahagia dengan menghadiri perayaan maulid tersebut dan selalu berkorespondesi dalam kemas-lahatan setiap urusannya “. (Abu Syamah, Ar-Roudhatain fii Akhbar ad-Daulatain, pada fashal (bab) : Hawadits (peristiwa) tahun 566 H.)
Kemudian pada masa berikutnya, menurut Imam Suyuthi, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw dengan perayaan yang sangat meriah luar biasa, dengan agenda acara yang tertib dan teratur adalah raja Al-Mudzoffar Abu Said Kakabri Ibnu Zainuddin Ali bin Baktakin (549-630 H). Tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk ber-sedekah pada hari peringatan mauled ini.
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau adalah putra Zainuddin Ali bin Baktakin salah seorang tokoh besar dan pemimpin yang agung. Beliau memiliki sejarah hidup yang baik. Beliau yang memakmurkan masjid al-Mudzhaffari….dan beliau konon mengadakan acara Maulid Nabi yang mulia di bulan Rabiul Awwal, dan merayakannya dengan perayaan yang meriah. Beliau adalah seorang raja yang cerdas, pemberani, perkasa, berakal, alim dan adil.
Syaikh Abul Khaththab Ibnu Dihyah telah mengarang kitab berjilid-jilid tentang Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dinamakannya “At-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir“, lalu diberikan balasan atas usaha itu oleh raja sebesar seribu dinar. Masa kerajaannya begitu panjang di zaman Daulah shalahiyyah. Beliau pernah mengepung negeri ‘Ukaa. Di tahun ini beliau baik kehidupannya lahir dan bathin.
As-Sibthi mengatakan, “Seorang yang menghadiri kegiatan raja al-Mudzaffar pada beberapa acara maulidnya mengatakan,“ Beliau pada perayaan maulidnya itu menyediakan 5000 kepala kambing yang dipanggang, 10.000 ayam panggang, 100.000 mangkok besar (yang berisi buah-buahan), dam 30.000 piring berisi manisan “ (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah : 13/ 136)
Ide dasar dan Inti peringatan mauled nabi ini oleh al-Mudzoffar dijadikan moment menghimpun semangat juang dan persatuan umat Islam dengan cara membaca karya-karya sastra, baik berupa kalam natsar (prosa) atau kalam nadzom (puisi) yang menceritakan kisah kelahiran dan kehidupan Rasulullah saw.
Catatan : Umar Mula adalah seorang syaikh yang shalih yang wafat pada tahun 570 H. adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala, 20 / 532. Beliau (syaikh Umar) di bawah kekuasaan raja yang adil yang sunni yaitu Nuruddin Mahmud Zanki, yang para sejarawan telah ijma’ (konsesus/sepakat) atas kebaikan agama dan kehidupannya. Beliaulah yang telah memusnahkan dinasti Fathimiyyun di Mesir sampai ke akar-akarnya, menghancurkan kekuasaan Rafidhah. Menampakkan (menzahirkan) sunnah, membangun madrasah-madrasah di Halb, Hamsh, Damasqus dan Ba’labak, juga membangun masjid-masjid Jami’ dan pesantren hadits.
Tag :
Hujjah ASWAJA
0 Comments for "Awal Mula Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW"