This Is Sunnah. TABARRUK


Tabaruk atau ngalap berkah sebenarnya sudah dilakukan oleh para sahabat, misalnya, dengan Rambut Nabi seperti yang dilakukan oleh sahabat Khalid bin Walid, dengan sisa air wudhu Nabi, keringat Nabi. Intinya para sahabat banyak berebut keberkahan melalui apa yang tersisa dari Rasulullah dengan satu harapan agar mereka memperoleh hidup yang lebih baik lagi.
 
Dalam beberapa hadist, di antaranya hadits Riwayat at-Thabrani, dikisahkan bahwa Khalifah Kholid bin Walid kehilangan Mahkota sorbannya ketika perang Yarmuk kemudian dicarinya sampai ketemu, Kholid bin Walid pun mengisahkan asal mula Mahkota Sorbannya:
 
ﻭﻋﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ اﻟﺤﻜﻢ: ﺃﻥ ﺧﺎﻟﺪ ﺑﻦ اﻟﻮﻟﻴﺪ ﻓﻘﺪ ﻗﻠﻨﺴﻮﺓ ﻟﻪ ﻳﻮﻡ اﻟﻴﺮﻣﻮﻙ، ﻓﻘﺎﻝ: اﻃﻠﺒﻮﻫﺎ، ﻓﻠﻢ ﻳﺠﺪﻭﻫﺎ، ﻓﻘﺎﻝ: اﻃﻠﺒﻮﻫﺎ، ﻓﻮﺟﺪﻭﻫﺎ ﻓﺈﺫا ﻫﻲ ﻗﻠﻨﺴﻮﺓ ﺧﻠﻘﺔ، فَقَالَ خَالِدٌ :اِعْتَمَر رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحلَقَ رَأْسَهُ فاَبْتَدَرَ النَّاسُ جَوَانِب شَعْرِهِ- فَسَبَقْتُهُمْ اِلَى ناَصِيَتِهِ فَجَعَلْتُهاَ فِي هَذِهِ الْقَلَنْسَوَةَ، فَلَمْ اَشْهَد قِتاَلاً وَهِيَ مَعِيْ اِلَّا رُزِقْتُ النَّصْرَ. (رواه الطبراني) 
 
Dari Ja’far bin Abdullah bin Hakam bahwa Khalid bin Walid kehilangan songkok saat perang Yarmuk. Ia memerintahkan untuk mencarinya, namun tidak ketemu. Akhirnya ditemukan, ternyata songkok yang sudah rusak. Berkata Kholid bin Walid : Rosululloh SAW berumroh kemudian ia mencukur kepalanya maka para sahabat berebutan rambut Rosululloh SAW dan akulah pemenangnya dan aku taruh Rambut Rosululloh itu didalam Mahkota Sorbanku, maka aku tidak berperang dengan memakai Mahkota Sorbanku itu kecuali aku diberikan kemenangan
 
عَنْ زَارِعٍ وَكاَنَ فِي وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قاَلَ لمَاَّ قَدِمْناَ الْمَدِينَةَ فَجَعَلْنَا نَتَباَدَرُ مِنْ رَوَاحِلِناَ فَنقَبَلَ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ (رواه ابو داود , ٤٥٤٨)
 
Dari Zari’ ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, Beliau berkata,” Ketika Beliau berkata, Ketika sampai di Madinah, kami segera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW.” (HR.Abu Dawud :4548).
 
وأخرج البخاري عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُــولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قُبَّةٍ حَمْرَاءَ مِنْ أَدَمٍ وَرَأَيْتُ بِلَالًا أَخَذَ وَضُــوءَ رَسُــولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَأَيْتُ النَّاسَ يَبْتَدِرُونَ ذَاكَ الْوَضُوءَ فَمَنْ أَصَابَ مِنْهُ شَيْئًا تَمَسَّحَ بِهِ وَمَنْ لَمْ يُصِبْ مِنْهُ شَيْئًا أَخَذَ مِنْ بَلَلِ يَدِ صَاحِبِهِ. 
 
Hadits yang dikeluarkan oleh al-Bukhori dari ‘Aun bin Abi Juhaifah dari Ayahnya. Ayahnya berkata: “Aku mendatangi Rasulullah sewaktu beliau ada di kubah hamra’ dari Adam, aku juga melihat Bilal membawa air bekas wudu Rasulullah dan orang-orang berebut mendapatkannya. Orang yang mendapatkannya air bekas wudu itu mengusapkannya ke tubuhnya, sedangkan yang tidak mendapatkannya, mengambil dari tangan temannya yang basah.” (HR. Bukhari).
 
وروى الإمام مسلم في صحيحه عن أنس بن مالك. قال كان النبي صلى الله عليه وسلم يدخل بيت أم سليم فينام على فراشها. وليست فيه. قال : فجاء ذات يوم فنام على فراشها. فأتيت فقيل لها : هذا النبي صلى الله عليه وسلم نام في بيتك، على فراشك. قال فجاءت وقد عرق، واستنقع عرقه على قطعة أديم، على الفراش. ففتحت عتيدتها فجعلت تنشف ذلك العرق فتعصره في قواريرها. ففزع النبي صلى الله عليه وسلم فقال ما تصنعين ؟ يا أم سليم! فقالت: يا رسول الله! نرجو بركته لصبياننا. قال: أصبت 
 
Disebutkan dalam sebuah riwayat, berkata Anas bin Malik: “Rasulullah SAW masuk rumah Umi Sulaim dan tidur di ranjangnya sewaktu Umi Sulaim tidak ada di rumah, lalu di hari yang lain beliau datang lagi, lalu Umi Sulaim diberi kabar bahwa Rasulullah tidur di rumahnya di ranjangnya. Maka datanglah Umi Sulaim dan mendapati Nabi berkeringat hingga mengumpul di alas ranjang yang terbuat dari kulit, lalu Umi Sulaim membuka kotaknya dan mengelap keringat Nabi lalu memerasnya dan memasukkan keringat beliau ke dalam botol, Nabi pun terbangun: “Apa yang kau perbuat wahai Umi Sulaim.” “Ya Rasulullah, kami mengharapkan berkahnya untuk anak-anak kami,” jawab Umi Sulaim. Rasulullah berkata: “Engkau benar.” (HR. Muslim).
 
Atas dasar hadist ini, para ulama mensunahkan mencium tangan Guru,Ulama, orang Soleh, serta orang-orang yang kita hormati. Kata Imam al-Nawawi dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan bahwa mencium tangan orang salih dan ulama yang utama itu disunnahkan. Sedangkan mencium tangan selain itu hukumnya makruh.” (Fatawi al-Imam al-Nawawi, hal 79).

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak