Beda kemiringan kiblat antara makmum dan imam


Pak Abdullah diminta menjadi imam di suatu masjid. Sebagian makmum adalah jamaah rutin masjid tersebut. Pak Abdullah tahu kalau masjid itu masih belum diperbaharui kiblatnya, karena ada banyak berita tentang bergesernya lempeng bumi yang mempengaruhi arah kiblat. Sebagian makmum tidak perduli dengan hal itu, karena mereka masih meyakini kebenaran kiblat yang sudah ada yang pernah diukur arahnya oleh orang-orang terdahulu.
 
Singkatnya terjadilah praktk shalat berjamaah dengan arah kiblat yang berbeda antara imam dan makmum. Imam dan makmum menghadap ke kiblat yang ada, hanyasaja imam agak miring ke kanan, sementara para makmumnya tidak. selesainya shalat pak iqbal salah satu makmum menanyakan hal itu. Apakah harus mengikuti arah kiblat yang sudah di ukur oleh ahlinya? Dan bagaimana hukum shalat dengan praktik seperti di atas, antara imam dan makmum sama arah kiblatnya tetapi berbeda kemiringannya seperti tadi?
 
Tentang menentukan arah kiblat di sebuah masjid, tentu kita mengikuti ahlinya, tidak boleh asal menghadap begitu saja, karena butuh hitungan yang pas agar bisa se-pas mungkin kita menghadap ke arah kiblat saat menjalankan sholat. Akantetapi yang terjadi di atas berbeda. Masjidnya sudah ada dan dahulu juga sudah diukur arah kiblatnya, baru dikemudian hari diukur lagi ternyata kurang akurat kemiringannya.
 
Menjawab persoalan ini, para musyawirin PW LBMNU Propinsi Lampung sepakat jika persoalan sholat seperti di atas dianggap berpengaruh membatalkan sholat seperti perbedaan arah kiblat, maka jama’ah tidak boleh mengikuti sholat imam tersebut. Sebaliknya jika tidak ada pengaruhnya dalam pembatalan sholat maka jama’ah sah mengikuti sholat imam tersebut. Seperti tersebut dalam Al-Majmu’ 3/226.
 
Maksudnya ada perbedaan pendapat dari para ulama’. Ada ulama’ yang mengatakan kejadian sholat seperti di atas itu hukumnya sama dengan perbedaan arah kiblat, maka berpengaruh pada batalnya sholat seseorang menurut selainnya. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa praktik sholat seperti di atas tidak membatalkan sholat, maka jika terjadi sholat berjama’ah antar mereka, sholatnya imam dan makmum itu sama-sama sahnya.
 
Masih dalam kitab Al-Majmu’ dalam bab (إذا غاب عن الكعبة وعرفها صلى إليها) An-Nawawi menyatakan ; Menghadap miring agak ke kanan atau ke kiri dari mihrab (tempat imam) di tempat yang jauh dari Ka'bah dan selain mihrab yang pernah digunakan Rasulullah hukumnya terjadi perbedaan pendapat ulama: Pertama, boleh. Ini pendapat rajih (unggul) dan merupakan pendapat Imam Rofi'i dan mayoritas ulama. Kedua, tidak boleh. Khususnya di kota Kufah. Ketiga, tidak boleh di Kufah dan Basrah karena banyak Sahabat pernah masuk ke sana.
 
Referensi ;
 
شرح البهجة الوردية - (ج 3 / ص 166) نَعَمْ لَوْ أَخْبَرَهُ ثِقَةٌ أَنَّ الْكَعْبَةَ جِهَةٌ كَذَا وَقَدْ رَأَى هُوَ الْمِحْرَابَ عَلَى خِلَافِ ذَلِكَ فَيُقَدَّمُ خَبَرُهُ كَمَا هُوَ قَضِيَّةُ كَلَامِ الشَّارِحِ وَيُقَدَّمُ بَيْتُ الْإِبْرَةِ عَنْ الِاجْتِهَادِ بِغَيْرِهِ وَيُؤْخَذُ بِخَبَرِ الثِّقَةِ الْعَارِفِ فِي الِانْحِرَافِ وَإِنْ خَالَفَ الْمِحْرَابَ حَيْثُ كَانَ أَعْرَفَ مِنْ وَاضِعِهِ وَبَيّنَ الْمُسْتَنَدِ. اهـ 
 
شرح البهجة الوردية - (ج 3 / ص 176) وَفِي ع ش لَوْ مَكَثَ جَمَاعَةٌ يُصَلُّونَ فِي قَرْيَةٍ إلَى مِحْرَابٍ بِهَا مُدَّةً طَوِيلَةً ثُمَّ مَرَّ بِهِمْ شَخْصٌ وَأَخْبَرَهُمْ بِأَنَّ فِي الْقِبْلَةِ انْحِرَافًا وَجَبَتْ الْإِعَادَةُ إنْ تَيَقَّنُوا الْخَطَأَ، وَإِلَّا فَلَا إعَادَةَ؛ لِأَنَّ الظَّاهِرَ مِنْ تَطَاوُلِ الْأَيَّامِ مَعَ كَثْرَةِ الطَّارِقِينَ أَنَّهُ عَلَى الصَّوَابِ وَأَنَّ الْمُخْبِرَ هُوَ الْمُخْطِئُ، وَإِنْ تَرَجَّحَ بِدَلِيلٍ غَيْرِ قَطْعِيٍّ كَإِخْبَارِ مَنْ يُوثَقُ بِهِ مِنْ أَهْلِ الْمَعْرِفَةِ عَمِلُوا بِالثَّانِي وَلَا إعَادَةَ لِمَا صَلَّوْهُ ؛ لِأَنَّ الِاجْتِهَادَ لَا يُنْقَضُ بِالِاجْتِهَادِ. اهـ 
 
المجموع شرح المهذب - شجرة العناوين (3/ 226 ( ولو اختلف اجتهاد رجلين في التيامن والتياسر والجهة واحدة فان اوجبنا على المجتهد رعاية ذلك وجعلناه مؤثرا في بطلان الصلاة فهو كالاختلاف في الجهة فلا يقتدى أحدهما بالآخر، والا فلا بأس ويجوز الاقتداء. 
 
الحاوي في فقه الشافعي (2/ 72) فلو كانوا جماعة واتفق اجتهاد جميعهم جاز أن يصلوا جماعة ويأتموا بأحدهم، وإن اختلف اجتهادهم، وكان كل واحد منهم يرى القبلة في جهة غير جهة صاحبه حكم من صلى كل واحد منهم إلى جهته، ولم يجز أن يقلد غيره لتكافئهم، ولا يجوز أن يأتموا بأحدهم جماعة. 
 
المجموع شرح المهذب (٣/ 203): (فَرْعٌ) قَالَ أَصْحَابُنَا إذَا صَلَّى فِي مَدِينَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمِحْرَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَقِّهِ كَالْكَعْبَةِ فَمَنْ يُعَايِنُهُ يَعْتَمِدُهُ وَلَا يَجُوزُ الْعُدُولُ عَنْهُ بِالِاجْتِهَادِ بِحَالٍ وَيَعْنِي بِمِحْرَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُصَلَّاهُ وَمَوْقِفَهُ لانه لم يكن هذا المحراب الْمَعْرُوفُ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنَّمَا أُحْدِثَتْ الْمَحَارِيبُ بَعْدَهُ قَالَ أَصْحَابُنَا وَفِي مَعْنَى مِحْرَابِ الْمَدِينَةِ سَائِرُ الْبِقَاعِ الَّتِي صَلَّى فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا ضُبِطَ الْمِحْرَابُ وَكَذَا الْمَحَارِيبُ الْمَنْصُوبَةُ في بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ بِالشَّرْطِ السَّابِقِ فَلَا يَجُوزُ الِاجْتِهَادُ فِي هَذِهِ الْمَوَاضِعِ فِي الْجِهَةِ بِلَا خِلَافٍ وَأَمَّا الِاجْتِهَادُ فِي التَّيَامُنِ وَالتَّيَاسُرِ فَإِنْ كَانَ مِحْرَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَجُزْ بِحَالٍ وَإِنْ كَانَ فِي سَائِرِ الْبِلَادِ فَفِيهِ أَوْجُهٌ أَصَحُّهَا يَجُوزُ قَالَ الرَّافِعِيُّ وَبِهِ قَطَعَ الْأَكْثَرُونَ وَالثَّانِي لَا يَجُوزُ فِي الْكُوفَةِ خَاصَّةً وَالثَّالِثُ لَا يَجُوزُ فِيهَا وَلَا فِي الْبَصْرَةِ لِكَثْرَةِ مَنْ دَخَلَهَا مِنْ الصَّحَابَةِ رضي الله عنهم.

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak